Do’a
Pepohon menggugurkan dedaun
Pada ranting yang merapuh
Ketika senja gerimis jatuh
Kulihat kilat menyambar langit
Hatiku bergemuruh
Inginku menjadi pohon itu
Dimana dosa berguguran
Menjelang malam
Kaki gunung, 1 Syawal 1419 H
Adakah Engkau
Sketsa alam pada cakrawala tak pernah pupus
Garis ufuk tipis tak pernah putus
Samudra lepas luas tak kenal batas
Gelombang laut airnya tak pernah surut
Seperti itu aku kagum pada-Mu
Meski jiwa ini belum seputih salju
Belum sebening embun di atas daun
Adakah pelabuhan hati
Tempat perahu jiwaku menepi
Kembali saat ombak kehidupan menerjang
Hampir membuat aku karam tenggelam
Ketika langit hitam hanya
Menyisakan
Lengkung bulan sabit
Bandung,
Nyanyian Pagi
---untuk Beni R Budiman (alm)
Sejumput bambu menggigil
Di tepi sebuah kali
Daunnya keperakan sisa cahya merkuri
Tadi malam
Daun hijau kekuningan menyapu bumi
Merunduk menawarkan tetesan embun pagi
Gelucak air selokan
Menambah keindahan
Mengiringi ‘hari yang
Matanya menengok bumi
Di teras depan aku masih sendiri
Membaca diri ditemani secangkir kopi
Dan ketika lirih angin menusuki kulit
Di hati ada pisau mengiris
Pedih
Ledeng, Bandung 1998
Rindu Alam, Rindu Tuhan
Ketika desah air mengusik kalbu
Kulukis wajahmu di tebing berbatu
Kilap daun putih dan kuning bergoyang
Seperti gerak tubuhmu
Pancaran surya dan bau hawa gunung
Adalah kerinduanku pada kampung
Kerinduan pada rumput ilalang
Pada kembang kertas di halaman rumah
Pada ayah-bunda
Pada Engkau dan
Pada yang aku tak tahu
Kota kembang, 1999
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
SILAHKAN ANDA BERKOMENTAR, NAMUN TETAP JAGA KESOPANAN DENGAN TIDAK MELAKUKAN KOMENTAR SPAM
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.